Latest Entries »

All Photo

All foto ini merupakan kumpulan hunting foto saya dan berisikan tentang semua jenis foto. Silahkan anda menikmati dan jangan lupa untuk memberikan komentar,kritik dan saran untuk membuat fotografi saya lebih maju dan berkembang.
Thanks,,,,,,,,,,,,,,,

 

View full article »

Kategori ini merupakan hasil hunting saya yang berisikan tentang foto jurnalistik saja……………..

View full article »

TATO

TATO

Tato merupakan salah satu bagian dari fashion yang mengalami pergeseran  makna dan persepsi dalam  masyarakat. Bagi saya, dulu orang yang mempunyai tato identik dengan dunia kekerasan seperti preman atau pelaku tidak kejahatan. Mereka gemar sekali mentato tubuhnya, sehingga tato menjadi “tabu” bagi masyarakat umum. Berbeda dengan sekarang ini, tato lebih dipandang sebagai seni body painting yang menarik. Tato menjadi bagian dari tren fashion  yang juga berkembang di kota Malang.

Perkembangan dunia tato di Malang sudah sangat pesat dengan munculnya studio-studio tato yang bisa memberikan ‘ruang’ bagi para pecinta tato. Pemilik tato di kota Malang kebanyakan adalah anak muda, dengan alasan dan latar belakang yang berbeda-beda. Mereka pada umumya menyukai tato karena  keinginan, profesi, dan aktualisasi diri. Ada pula seseorang yang menyukai gambar tertentu, kemudian mengekspresikannya dengan mentato gambar yang disukai pada tubuhnya,  seperti gambar tengkorak dan simbol 4 elemen (air, udara, api dan tanah). “Aku menyukai gambar tengkorak sejak kecil, sekarang aku  memiliki tato bergambar tengkorak di bagian tengkuk,” ujar Renata, seorang penyiar radio.

Kupatan Masal

“KUPATAN MASAL”

Foto & Naskah oleh : Yuda Kurniawan

Negara Indonesia mempunyai banyak beragam kebudayaan yang berasal dari daerah-daerah seperti kebudayaan berupa tari-tarian,upacara adat ataupun tradisi,bahasa dan berbagai kebiasaan masyarakatnya. Kebudayaan tersebut lahir dari jaman dahulu yang di wariskan secara turun-temurun oleh leluhur.

Kebudayaan yang terdapat pada acara “Kupatan Masal” yang dilakukan oleh masyarakat desa Boyolangu, kecamatan Boyolangu, kabupaten Tulungagung. Masyarakat menyelenggarakan acara kupatan masal ini bertujuan untuk menyambut datangnya Idul Fitri dan menjalin tali silaturohmi antar warga. Acara ini dilaksankan setiap tanggal 7 syawal dan sudah diselenggarakan selama empat tahun dan akan terus dilaksanakan setiap tahunnya.

Kupatan masal yang dilakukan masyarakat desa Boyolangu mempunyai perbedaan dengan daerah lain dan yang unik yakni, setiap warga menyerahkah beberapa ketupat ke masjid untuk di doakan lalu dilakukan prosesi mengarak ketupat mengelilingi kampung. Dalam perjalanan mengarak ketupat, Kepala Desa akan memberikan beberapa ketupat kepada warga yang hanya membuka stand ketupat. Menurut warga,mereka menyakini ketupat yang sudah di doakan tersebut akan memberikan barokah, setelah itu warga yang mendapatkan ketupat akan menggantungkan ketupat tersebut di depan rumahnya.

Dalam acara kupatan masal beberapa warga mendirikan stand layaknya orang berjualan yang berada di depan rumah,ada juga yang mendatangkan penyanyi dangdut agar lebih menarik. Namun mereka tidak menjual makanan ketupat melaikan memberikan secara gratis kepada setiap orang yang datang.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

 

BANTENGAN NUSWANTARA

Foto dan Naskah oleh : Yuda Kurniawan

Kesenian bantengan merupakan kebudayaan tradisional yang berkembang di daerah Batu dan sekitarnya. Menurut cerita, asal-usul kesenian bantengan mempunyai hubungan dengan pecak silat. Pada saat itu pecak silat kurang diminati oleh masyarakat, sehingga para pendekar memakai topeng banteng dalam melakukan aksi pencak silat dan akhirnya hal itu berkembang menjadi kesenian Bantengan. Kesenian Bantengan pada awalnya selalu dihadirkan pada tiap acara selamatan, suroan serta acara-acara hajatan masyarakat Jawa Timur khususnya warga Malang.

Bentuk kesenian bantengan ini mirip dengan barongsai, tetapi bantengan memiliki keunikan tersendiri. Kesenian ini menggunakan hewan banteng sebagai medianya. Kesenian ini juga dilengkapi dengan sesaji sehingga tiap peserta yang memainkan kesenian ini mengalami kesurupan.

Aroma dupa dan kemenyan tercium ketika arak-arakan peserta bantengan mulai beraksi. Para pawang mulai menggunakan “Pecut” untuk memanggil para banteng, bersamaan dengan itu para peserta berubah seperti layaknya hewan banteng yang sedang mengamuk dan tidak dapat dikendalikan. Banyak peserta yang mengalami kesurupan dan memakan sesaji kembang serta dupa dengan lahap, mereka melakukannya diluar kesadaran.